Pasaman Barat, Mikanews.id – Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar,, mengatakan, kerukunan umat beragama di negeri, bukan saja memupuk persatuan dan wujud keharmonisan antara sesama warga negara. Kondisi ini juga sebagai nilai jual Indonesia di kancah internasional.
Di Indonesia, katanya, keberagaman etnis, suku bangsa, adat istiadat dan bahasa, merupakan aset bangsa yang harus dipelihara. Disisi lain, beda agama, suku dan bahasa dalam suatu negara, nyaris penyebab terjadi atau lahirnya konflik di negara yang bersangkutan”, kata Kasi Pakis (Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Islam) Kantor Kementerian Agama Pasaman Barat, Sufrinas, mengutip Menteri Agama RI, Nazaruddin Umar, dihadapan peserta apel pagi, Selasa (18/2).
Harmonisasi warga negara yang berbagai suku, etnis dan agama, seperti di Indonesia, ulas Menteri Agama, tidak semua negara memiliki kondisi yang sama. Hingga saat ini, agama yang diakui di negeri ini sebanyak Enam, yaitu Agama Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha, dan agama Konghucu.
Ketika sama-sama mengurus masalah kebangsaan dan negara, antara satu penganut agama dengan yang lain, saling bekerjasama, kompak dengan prinsip gotong royong, ulas Sufrinas, mengutip penjelasan Menteri Agama.
Namun, ketika berkaitan dengan urusan ibadah dan keyakinan, antara satu sama lainnya berpisah melaksanakan ibadah, sesuai agama dan keyakinannya masing masing. Artinya, ketika berurusan dengan bangsa dan negara, tidak ada perbedaan antar sesama warga dan sama bekerja. Tapi urusan ibadah dan keyakinan, mutlak menjadi urusan pribadi, sesuai agama yang mereka anut.
Warga Kementerian Agama, ulas Sufrinas, mengutip Menteri lagi, seperti di Pasaman Barat, tentu akan menanamkan rasa cinta antara sesama. Khusus dunia pendidikan, Kementerian Agama secara nasional akan menerapkan kurikulum cinta.
Kurikulum cinta yang dimaksud, ulasnya, berlaku bagi siswa, mulai dari satuan pendidikan tingkat Raudatul Adhfal (RA), MI (Madrasah Ibtidaiyah), Madrasah Tsanawiyah (MTs) hingga jenjang MA (Madrasah Aliyah).
Guru agama, saat yang bersangkutan berada di kelas, dia mengajarkan agamanya. Jangan mencelah agama orang lain, tapi ciptakanlah persamaan, jangan menciptakan perbedaan, apalagi konflik sejak dini ditanamkan kepada anak. (gmz)







[…] Kerukunan di Indonesia, Nilai Jual Bangsa […]