Jakarta | Mikanews : Kolaborasi Dunia Seni (Musik) dengan jagat Spiritualitas untuk generasi masa depan Negeri ini, melalui acara Konser Rock Merah Putih di Panggung Seniman Indonesia, dipandu Metho Percussion yang ditimpalu Zu Thender penggesek biola rock yang cukup piawai pada 29 Agustus 2025.
Konser ini membuat semarak keriangan di Rarampa Resto & Bar, Jakarta Selatan, di mana terlihat juga hadir di antaranya sahabat dan kerabat GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia).
Kolaborasi untuk generasi masa depan Negeri ini, dalam rangka mempererat kerjasama dalam upaya membangun percepatan gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual memasuki lebih jauh tahapan gerakan revolusi spiritual yang sangat diperlukan demi dan untuk kesiapan bagi generasi muda Indonesia menyambut era Indonesia emas 20 tahun mendatang — tahun 2045 — yang tidak mungkin bisa ditunda.
Bintang panggung, Dian Sari bersama Hetty Soendjaya artis kondang serba bisa yang telah mentas di puncak panggung tahun 1980-an ikut menyemarakkan acara bersama sejumlah artis lainnya yang semasa dengannya.
Terlihat mereka masih mampu mengguncang panggung pementasan yang lebih terkesan santai dan las-lasan dengan para yang hadir sejak tengah hari hingga menjelang petang.
Wali Spiritual sebutan lain untuk Ro Sri Eko Sriyanto Galgendu berkenan bersyair dalam bahasa bumi saat memimpin acara hening cipta atas gugurnya Affan Kurniawan pada 28 Agustus 2025, saat mengikuti aksi untuk menyampaikan aspirasi rakyat, yang dianggap dan dirasakan oleh masyarakat tidak adil, serta telah menambah beban hidup yang semakin berat untuk mendapat perhatian dari pemerintah agar dapat segera memperbaiki kondisi yang semakin memburuk pada akhir belakangan ini di Indonesia.
Ungkapan keprihatinan pun diungkap oleh Sri Eko Sriyanto Galgendu, selaku Pemimpin Spiritual Nusantara dengan membacakan do’a dalam bahasa bumi seperti yang baru saja dia lakukan pada awal bulan Agustus lalu di Gedung Antara, Jakarta Pusat.
Doa dalam waktu 20 jam non stop untuk 79 orang tokoh, baik yang masih hidup maupun tokoh yang telah tiada, sebab dia rasa telah banyak berjasa dalam pengembaraan dan pengembangan laku spiritual yang telah dia tekuni sejak 30 tahun silam.
Syair dalam bahasa bumi yang berjudul “Untukmu Indonesiaku” sungguh sangat mengesankan relevansinya bagi bangsa dan negara Indonesia hari ini.
Untukmu Indonesiaku, untuk mendapatkan do’a agar dapat terhindar dari segala bentuk bencana yang tidak diinginkan terjadi hingga diharap tidak lagi menambah beban yang berat bagi rakyat.
Acara Konser ini yang lebih bersifat silaturahmi serta kekeluargaan berlangsung cukup santai — seakan, sungguh untuk melepaskan diri dari beban hidup yang semakin berat akibat himpitan ekonomi yang semakin parah.
Kolaborasi laku spiritual dengan pekerja seni khususnya di panggung musik, tampaknya akan menjadi jalan alternatif dalam percepatan gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman di Indonesia yang telah memasuki babak revolusi spiritual secara total, kaffah, untuk membangun bangsa dan negara Indonesia agar lebih baik dan siap menyongsong era Indonesia emas bagi generasi muda pada tahun 2045 yang semakin mendekat, tinggal 20 tahun ke depan.
Tak lebih dari satu generasi berikutnya dari anak bangsa yang ada di negeri ini.
Agaknya, begitulah pilihan sadar dari kolaborasi dunia seni (musik) dengan jagat spiritualitas akan terus dipertautkan dengan berbagai bidang yang lain untuk membekali generasi muda yang ada di negeri ini memasuki gerbang Indonesia emas yang tinggal 20 tahun lagi hendak dinikmati.*Mika.
(Red)
Blok M, 29 Agustus 2025
Ditulis Oleh : Jacob Ereste






