Pasbar | Mikanews : Pengurus Daerah (PD) Ikatan Pemuda Muhammadiyah (IPM) Pasaman Barat mengajukan 4 point solusi kepada Bupati Pasbar, H.Yulianto seiring mengganasnya satwa liar buaya buas di beberapa lokasi sungai yang ada di kabupaten Pasaman Barat hingga menelan korban warga sekitar.
Lembaran Empat poin solusi yang disampaikan tersebut ditandatangani oleh Ketua Umum, Hadi Saputra bersama Sekretaris Umum, Widia Sari, di atas naskah surat tertanggal 14 Mei 2025.
Adapun empat point solusi itu adalah;
1. Mendesak pihak Pemda Pasaman Barat segera memasang papan peringatan bahaya satwa liar khususnya di wilayah sungai yang diketahui sebagai habitat buaya.
2. Meminta transparansi dan kehadiran langsung Bupati Pasaman Barat atau pejabat terkait di lokasi tragedi sebagai bentuk empati dan tanggung jawab.
3. Mengajak seluruh unsur masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan edukasi lingkungan serta berpartisipasi aktif dalam menjaga keselamatan bersama.
4. Sikap bekerjasama pemerintah dengan lembaga sosial dan komunitas lokal untuk mengedukasi masyarakat dan mencegah tragedi serupa di masa depan.
Ketua PD IPM Pasaman Barat, Hadi Saputra mengatakan, semenjak beberapa minggu terakhir telah terjadi dua kasus buaya di lokasi yang sama.
Seperti kejadian beberapa hari lalu, Depi Pahrizi, warga Jalan Sumba, Ujung Gading, Kecamatan Lembah Melintang, menjadi korban di mangsa buaya hingga bersangkutan meninggal dunia.
Kondisi tersebut, jelas Ketua Umum PD IPM Pasaman Barat itu, membuat masyarakat kian takut dan was-was jika melintas sungai yang rawan dari intaian terkaman bintang predator itu.
Menyikapi kondisi yang terjadi, katanya, pihaknya bersama masyarakat tentu minta agar Pemda Pasaman Barat bersama pihak terkait segera melakukan upaya atau langkah terkait, sehingga masyarakat mengetahui di lokasi tertentu diakui sebagai daerah rawan munculnya buaya.
“Pihaknya mohon, jangan sempat ada lagi korban baru dari terkaman buaya di Pasaman Barat, melalui gerakan bersama dari pemerintah bersama pihak terkait. Kepada para wakil rakyat, mulai tingkat Pasaman Barat, provinsi dan pusat agar mendesak pihak terkait, dan jajaran Dinas Kehutanan, sesegera nya melakukan penangkaran terhadap buaya dan satwa liar lain, khususnya di Pasaman Barat”, kata Hadi Saputra berharap.
Sementara beberapa tokoh masyarakat meminta Pemkab untuk meninjau keberadaan perkebunan sawit yang diduga telah banyak merusak habitat alam buaya hingga menggangu jalur migrasi alami predator buas ini.
Kerusakan habitat tersebut dipicu adanya ekspansi perkebunan sawit tanpa memperhatikan Daerah Aliran Sungai (DAS), bahkan ada dugaan beberapa perkebunan sawit mengalihkan dan menimbun daerah aliran sungai.
Akibatnya, buaya sebagai satwa predator yang mengandalkan perairan, karena ekosistim sungai dan rawanya sudah terganggu, susah untuk bertahan hidup dan akhirnya berujung pada ancaman terhadap manusia *Mika
(gmz)






