Cilandak | Mikanews : Budaya dialog terbuka Pemerintah bersama Rakyat perlu diperluas untuk menemukan solusi & jalan keluar yang buntu dari masalah, merupakan salah satu pintu keterbukaan.
Pada dialog di Cilandak, 13 September 2025 terlihat keterbukaan Presiden Prabowo Subianto dalam menerima masukan dan saran dari Gerakan Nurani Bangsa yang diwakili sejumlah tokoh.
Hal ini terlihat cukup menandai keinginan besar Presiden dalam mengikut sertakan segenap elemen bangsa untuk membangun kembali Indonesia yang dalam keadaan rusak parah.
utamanya dalam sistem pengelolaan negara yang harus dilandasi oleh etika, moral dan akhlak mulia manusia agar tidak membuat kerusakan di bumi.
Dialog terbuka seputar isu moral, kebangsaan, pendidikan dan generasi muda hingga perlunya melakukan reformasi, tak hanya di tubuh Polri, harus ditandai oleh perubahan atau bahkan perombakan total dari formasi Kabinet Merah Putih yang sudah dimulai dengan melakukan reshuffle kabinet
Meski perombakan itu baru untuk beberapa orang saja, sebab dari suara publik masih menunjuk sejumlah sosok yang menyimpan masalah akibat dari perilaku mereka pada rezim kekuasaan sebelumnya.
Karena itu, upaya “bersih-bersih” untuk pejabat publik yang mengusung beban itu perlu di bersihkan juga pada tahapan reshuffle berikutnya.
Hal ini agar beban berat yang harus di tanggung oleh pemerintahan Prabowo Subianto dapat berjalan mulus dan lancar demi dan untuk kemaslahatan rakyat.
Pesan moral untuk masa depan bangsa yang bersih sangat diperlukan, karena itulah sejak lama GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) telah digaungkan.
Karena kerusakan mulai dari tata kelola negara hingga hukum dan praktek peradilan, justru menambah parah pengerukan kekayaan negara yang terjadi seperti praktek mafia politik, mafia ekonomi serta mafia hukum, yang terjadi secara ugal-ugalan dengan abai pada etika, moral dan akhlak manusia yang harus dijaga bersama segenap elemen bangsa.
Keinginan pemerintah untuk mendengar suara hati nurani rakyat merupakan pertanda dari pemerintahan Presiden Prabowo Subianto serius ingin membenahi kondisi ketatanegaraan kita yang bobrok.
Karena itu, partisipasi aktif seluruh kekuatan rakyat harus terus di kembangkan agar capaian usaha perbaikan yang hendak di lakukan dapat segera tercapai demi dan untuk kesejahteraan yang berkeadilan bagi segenap warga bangsa Indonesia.
Dialog penuh nuansa politik dan moral yang ditandai bersama tokoh Gerakan Nurani Bangsa sungguh meredakan kegundahan, bahkan rasa amarah rakyat, yang telah di ekspresikan pada bagian kelanjutan dari aksi dan unjuk rasa yang marak di berbagai tempat dan daerah di seluruh Indonesia pada 25 Agustus hingga 3 September 2025.
Dan keakraban antara Presiden dengan sejumlah tokoh Gerakan Nurani Bangsa sungguh menyejukkan.
Kendati suara rakyat dari bilik yang lain, seperti seniman dan budayawan serta tokoh pergerakan lainnya, belum dapat melengkapi dialog yang sangat penting dan sangat perlu itu.
Agar kembali kepada komitmen berbangsa dan bernegara kita yang menjunjung tinggi amanah kemerdekaan, UUD 1945 yang asli, serta Pancasila sebagai falsafah maupun ideologi negara yang terbingkai dalam kebhinekaan yang tunggal
Setidaknya, acara dialog terbuka yang di lakukan Presiden menjadi simbol keterbukaan pemerintah terhadap suara rakyat yang tidak bisa diabaikan.
Sehingga kemarahan seperti yang terlanjur terjadi pada akhir Agustus 2025 hingga awal September 2025 tidak perlu sampai terulang.
Apa lagi suara rakyat yang tersumbat telah diwadahi langsung oleh pemerintah, tanpa perlu melalui DPR RI yang telah membuat rakyat merasa “parah arang” tidak bisa berharap apa-apa.
Karena para anggota parlemen di Indonesia sudah lebih asyik dengan dirinya sendiri, minimal telah terjerat oleh fungsinya sebagai petugas partai.
Agaknya, untuk lebih paripurnanya dialog terbuka yang digagas Presiden ini, perlu di lanjutkan dialog bersama sejumlah tokoh dari berbagai bidang lainnya untuk memberi masukan dan sinkronnya derap langkah yang dapat dilakukan dengan mendaya gunakan sinergi yang ada dalam berbagai elemen masyarakat.
Elemen ini yang dianggap penting dan perlu untuk di dengarkan guna mempercepat perubahan menuju perbaikan yang kita cita-citakan bersama.
Di mana cita-cita itu, berjayanya bangsa dan negara Indonesia sebelum memasuki era Indonesia emas tahun 2045.
Setidaknya, budaya dialog terbuka ini pun dapat menjadi acuan mencari jalan keluar dari kebuntuan yang perlu dihadapi secara bersama, pemerintah dan rakyat.*Mika. (Red)
Jacob Ereste;
Cilandak, 13 September 2025






