Giri Maju | Mikanews : Tantangan Baru Dunia Jurnalisme jangan sampai Pers sebagai penjaga gerbang informasi dan demokrasi ikutan pola penerbit modern yang pada umumnya memiliki media ternyata menomor duakan Jurnalisme, karena kepentingan kekuasaan atau kepentingan komersial.
Dilihat secara sepintas, memang seakan-akan menyongsong transformasi digital super technologi, tetapi dalam kegiatannya, mungkin misi Jurnalistik hanya 25 persen dan 15 persen mungkin komunitas hiburan dan komunitas konglomerat sedangkan sisanya penyedia layanan penggiringan opini yang mempengaruhi publik terkait kepentingan kekuasaan (politik) tanpa batas.
Perkembangan transformasi digital ini sudah mulai terlihat adanya pemilihan berita dengan penyederhanaan informasi yang sebenarnya, dengan mendominasi penyaluran materi seputar kekuasaan, konglomerat, hingga prinsip panduan etika untuk misi syarat melayani kepentingan publik perlahan bergeser.
Pada era sebelumnya, kita masih menyaksikan tradisi perusahaan media yang mengunggulkan produk berita Jurnalisme dalam bentuk penyampaian informasi yang akurat dan berimbang, objektif.
Hingga masyarakat masih memahami dan menikmati berbagai peristiwa sosial, budaya, agama, kriminal, olahraga atau bahkan terkait isu penting seperti memantau kekuasaan melalui forum pendapat dan kritik, sebab perusahaan media pada masa itu masih mampu mendorong terjadinya perubahan positif dalam pergaulan masyarakat, sesuai peran Jurnalisme.
Industri media kini, secara tidak langsung telah memanfaatkan kebebasan dengan memantapkan hak properti sebagai aturan dalam kompetisi aturan bebas, bahkan penciptaan penggiringan opini untuk kepentingan penguasa dan pengusaha sesaat, bukan untuk kebebasan berbicara sesuai konsep Jurnalistik yang membuat masyarakat lebih kritis dalam menerima informasi yang tersaji.
Bahkan akhir-akhir ini cendrung terlihat berita yang tersaji di media masa sarat dengan muatan penggiringan opini dan perpecahan dengan corong perdebatan untuk mempertahankan kepentingan politik kelompok, bukan untuk kepentingan umum, walau para pembicara selalu membawa dan mengatas namakan rakyat yang dibalut demi stabilitas dan hukum…?
Stabilitas siapa ? hukum apa ? hingga akhirnya rakyat terpecah dan bingung, bahkan takut berbicara karena takut salah yang bermuara dilaporkan dan …
Disinilah terlihat sesuatu yang abstrak, rakyat disertakan sebagai objek yang hanya mengatasnamakan saja, tapi tidak dilibatkan atau diajak bicara, kecuali hanya untuk mempengaruhi pikiran emosi publik.
Hingga informasi kebenaran menjadi prinsip pertama yang membingungkan, sebab bertubi-tubi dan berulang-ulang secara aktif menyebarkan keculasan untuk mempengaruhi publik.
Jurnalisme yang dinamis dalam memenuhi kebutuhan untuk menemukan kebenaran yang hakiki harus mengedepankan standar akurat dan terpercaya agar masyarakat tidak bingung dalam memahami isu – isu yang berkembang.
Liputan politik yang penuh taktis, hanya untuk standar kepentingan sesaat adalah salah satu Tantangan Baru Dunia Jurnalisme.*Mika.
(Zoelnasti)
Penulis adalah :
Pimpinan Redaksi MIKANEWS.ID
Wartawan utama
(Reg.WRT.2042.001052022)






