spot_img
spot_img
BerandaOPINITantangan Baru Dunia Jurnalisme III

Tantangan Baru Dunia Jurnalisme III

Giri Maju | Mikanews : Slogan kebebasan pers yang kebablasan yang dapat mengaburkan tujuan Jurnalisme yang sebenarnya, tentu ini merupakan tantangan baru dunia Jurnalisme.

Dan hal itu tentu didukung pula dengan kemajuan tekhnologi dan kekuatan dunia usaha serta kekuasaan.

Sebagai upaya penangkal, perlu kita kembali tanamkan, tentang siapa kita dan apa yang kita kerjakan serta bagaimana seharusnya kita melakukan kewajiban kita sebagai Jurnalisme, terutama dalam menyampaikan informasi.

Jurnalisme profesional di bidang pemberitaan harus tetap setia dan tetap berpegang penuh pada standar misi informasi publik (teori keterkaitan publik) dengan tujuan utama Jurnalisme adalah menyajikan informasi ke publik agar masyarakat dapat kemerdekaan memperoleh pengetahuan realitas apa yang mereka dengar,lihat dan rasakan di alam demokrasi, sehingga kebenaran mampu mengisi hidup masyarakat itu sendiri.

Kita tahu, super tekhnologi dunia digitalisasi telah mampu membentuk perusahaan informasi baru, hingga penafsiran Jurnalisme ke dalam kategori yang luas dapat mengaburkan makna Jurnalisme independen.

Hal tersebut dapat terjadi disebabkan, adanya penyiaran promosi bisnis dan promosi diri yang berkelebihan, dengan telak menekankan pada komunikasi komersial, terutama kepentingan politik kekuasaan dengan penggiringan opini melalui perusahaan informasi baru maupun berbagai situs web dan medsos plus buzzer.

Secara tidak langsung, jaringan komunikasi penyiaran promosi tersebut menurut mereka, lambat laun akan dapat merubah image atau menggeser definisi Jurnalisme yang sebenarnya.

Dalam konsep penyampaian opini di penyiaran situs web dan perusahaan media mereka, para penguasa dan pengusaha ini selalu dan selalu melontarkan kata dengan, bahasa hukum, bahasa kebebasan dan kebenaran, bahasa keadilan, padahal hukum dan kebebasan serta kebenaran maupun keadilan yang mereka suarakan itu adalah produk versi mereka yang akan menelan dan menghukum siapa saja yang tidak sehaluan.

Tanpa disadari, masyarakat terhipnotis dengan relevansi pers bebas, tujuan mereka yakni bagaimana memutus informasi apa yang seharusnya diketahui atau tidak diketahui oleh publik.

Buzzer atau reporter bayarannya, dalam laporan publik melalui situs web, media atau platform digital, mereka akan aktif dan berulang-ulang menyebarkan informasi mempengaruhi opini publik.

Yang pasti tujuan mereka adalah memutus definisi Jurnalisme sebagai penjaga gerbang informasi atau dengan tegas menggeser definisi peranan Jurnalisme.

Dengan menerbitkan dan menyiarkan penggiringan opini versi mereka melalui situs-situs web, internet dan media mereka yang tak terhingga banyaknya, maka mereka bebas melakukan penyiaran partisan bantahan dan perlindungan terhadap skandal pujaannya, dan bertubi-tubi melakukan partisan menyebarkan atau menyerang skandal tokoh lawannya.

Situs web, media online ataupun medsos, memang di nilai oleh masyarakat adalah salah satu media baru yang dapat menciptakan berita tercepat dan bebas tanpa ikatan, hingga banyak diminati dan akhirnya menurut mereka perusahaan informasi baru ini dapat dimanfaatkan untuk menggeser produk Jurnalisme yang terikat dengan etika standar misi informasi publik.

Akhirnya, produk Jurnalisme yang independen terhadap sumber berita, disiplin dan berpihak pada kebenaran serta loyal terhadap warga menghadapi problem, tergeser oleh artikulasi nilai pesan informasi yang salah yang disampaikan secara bertubi-tubi dan berulang-ulang melalui situs web media mereka yang tak terhingga banyaknya.

Sehingga strategi misi pengaburan informasi dengan slogan kebebasan pers semakin nyata menjadi tantangan baru dunia jurnalisme.*Mika.
…bersambung…

(Zoelnasti)

Google News

- Advertisement -spot_img
Related News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini